Senin, 14 Januari 2013

MANFAAT KULIT MANGGIS

Kulit Manggis, Dibuang Sayang

Mengandung lebih dari 50 jenis senyawa aktif yang bermanfaat dalam mendukung regenerasi sel, menggusur radikal bebas, membunuh bakteri dan jamur, serta menghambat pertumbuhan sel kanker.

Khasiat kulit manggis dalam dunia pengobatan bukan sekadar kabar burung. Beberapa tahun terakhir ini, penelitian demi penelitian tentang kulit manggis dari berbagai penjuru dunia terus bertambah. Beberapa studi membuktikan, senyawa aktif yang terkandung dalam kulit manggis berpotensi sebagai obat jantung dan efektif melawan pertumbuhan sel kanker.


Pewarna kain

Siapa yang tak kenal manggis? Tanaman bernama latin Garcinia mangostana (mangosteen) ini dipercaya berasal dari Asia Tenggara. Beberapa sumber mencatat, pohon manggis hanya bisa hidup di kawasan beriklim tropis yang cuacanya panas dan lembab, seperti Filipina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Di daerah Barat, ia ditemukan tumbuh di Hawaii dan Australia Utara.

Pohon manggis tumbuh sangat lambat, namun berumur panjang. Jika tumbuh di lahan yang pas, tingginya bisa mencapai 25 meter. Buahnya menggantung di ujung dahan. Awalnya, buahnya tersebut berwarna kehijauan. Makin tua, warnanya akan semakin gelap. Jika sudah matang, warnanya berubah menjadi ungu gelap kemerahan.

Manggis yang sudah matang bisa dimakan dengan tangan kosong. Kita hanya perlu meletakkan buahnya dalam genggaman, kemudian tekan kulitnya menggunakan dua tangan.  Kreeekkkk…. Buah manggis pun terbuka.

Namun membuka buah manggis juga perlu hati-hati. Karena jika sembarangan, cairan ungu yang berasal dari kulitnya bisa mengenai baju. Bekas noda ungu itu akan menempel selamanya.

Karena warnanya yang cukup tajam dan tahan lama, kulit manggis sering dimanfaatkan untuk mewarnai kain. Sementara itu, kalangan industri menjadikan kulitnya sebagai campuran bahan pembuat zat antikarat.


Senyawa jagoan

Ngomong-ngomong tentang kulitnya yang berkhasiat obat, sebenarnya itu bukan berita baru. Sejak ratusan tahun yang lalu, penduduk Asia Tenggara – terutama Indonesia – sudah sering memanfaatkan rebusannya untuk menangani macam-macam gangguan penyakit. Mulai dari mengobati luka, mengatasi demam, nyeri, keputihan, batuk, diare, sariawan, juga radang tenggorokan. Rupanya, hal yang sama juga dilakukan oleh orang Cina dan India. Mereka bahkan mengolah kulit manggis menjadi bubuk kering dan salep untuk mengobati disentri, eksim, dan penyakit kulit lainnya.

Alasan ilmiahnya baru terungkap belakangan. Kulit manggis yang biasa dibuang itu mengandung zat gizi penting seperti karbohidrat, air, lemak, juga protein. Penelitian demi penelitian menemukan, kulit manggis juga sangat kaya dengan senyawa aktif bernama xanthone. Xanthone merupakan sejenis bioflavonoid yang bersifat antioksidan, antibakteri, antialergi, antitumor, antihistamin, dan antiradang.

Sebenarnya, jenis senyawa ini juga terdapat secara alami dalam semua tanaman hutan hujan tropis dan buah yang berwarna merah tua. Namun karena kandungan xanthone dalam kulit manggis mencapai 50 jenis sekaligus – sementara di alam semesta ini hanya ada 200 jenis xanthone – maka para ahli menilai kandungan “paket”  xanthone dalam kulit manggis sungguh fantastis.

Terlebih, xanthone dalam kulit manggis terbukti memiliki sifat antioksidan beberapa kali lipat lebih tinggi daripada vitamin C dan E. Antioksidan ini dapat mengatasi kerusakan sel akibat oksidasi radikal bebas, menghambat proses penuaan,  menghaluskan kulit, dan mencegah penyakit degeneratif seperti hipertensi, kolesterol tinggi, gangguan jantung, juga stroke.